Berikut Kumpulan Kata-kata Mutiara atau Kata Hikmah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailai Al Bagdadi

Kenderai nafsumu
“Ubahlah
kerana-Nya sesuatu yang Dia benci dari nafsumu sehingga Dia memberimu
apa yang kamu sukai. Jalan itu luas. Berdirilah dan teguhlah. Beramallah
dan jangan lalai selama tali dengan dua hujungnya di tanganmu. Mohonlah
pertolongan kepada-Nya atas sesuatu yang menjadikan kebaikanmu.
Kenderailah nafsumu, jika tidak, ia akan mengenderai kamu. Nafsu itu
tukang memerintahkan keburukan di dunia dan tukang mencela di akhirat.”~ Syeikh Abdul Qadir Jailani http://www.syubbaanulahbaar.org/
Lihatlah kepada jiwamu dan pilihkan untuknya, jika ia menghendaki dunia maka keluarlah akhirat dari hatimu. Jika ia menghendaki akhirat maka keluarkanlah dunia dari hatimu. Jika ia menghendaki Tuhan maka keluarkanlah dunia, akhirat dan apa yg selainNya dari hati.
Selagi di dalam hatimu masih ada sebesar semut yang selain Allah, maka kamu tidak melihat dekatnya Allah di sisimu, dan tidak bangkit kejinakan dan ketenangan kepada-Nya.
Selagi di dalam hatimu masih ada dunia sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat akhirat di hadapanmu. Dan selagi di dalam hatimu terdapat akhirat sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat dekat kepada Allah.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
kunjungi toko bunga karawang, toko bunga bekasi, toko bunga cikarang
Ini adalah bertingkat-tingkat. Apabila Islam telah benar bagimu, maka penyerahan itu telah benar bagimu. Jadilah kamu orang yang berserah diri kepada Allah dalam seluruh keadaanmu disertai dengan memelihara batas-batas syarak dan menepati syarak itu.
Serahkan kepada-Nya akan hak jiwamu dan selainmu. Perbaikilah kesopanan terhadap-Nya dan makhluk-Nya. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap dirimu dan orang lain kerana perbuatan aniaya itu kegelapan di dunia dan di akhirat.”~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Maka tetaplah terhibur dengan-Nya yg berada di dalam hatimu, dan kamu akan bertambah sehingga kamu mengambil sesuatu di samping-Nya. Mulanya kamu kecil kemudian menjadi besar. Apabila kamu sudah besar maka hati penuh dengan Allah, maka tidak ada jalan dan tidak ada sudut bagi hati untuk selain-Nya.
Jika kamu ingin sampai kepada ini, maka jadilah kamu mengikut perintah-Nya, mencegah segala larangan-Nya, berserah diri kepada-Nya dalam kebaikan dan keburukan, kaya dan fakir, mulia dan hina.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Makna menjadi bentuk, yang ghaib menjadi hadir, berita menjadi terang. Hamba apabila baik kerana Allah maka Dia bersamanya dalam semua keadaan. Dia mengubahnya, menggantikannya dan memindahkannya dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.
Seluruhnya menjadi bererti, seluruhnya menjadi keimanan, keyakinan, pengetahuan, pendekatan dan kesaksian. Seluruhnya menjadi siang tanpa malam, sinar tanpa gelap, jernih tanpa keruh, hati tanpa nafas, rahsia tanpa kasar, fana tanpa wujud, ghaib tanpa hadir.
Seluruhnya menjadi kitab ghaib dari mereka dan dirinya. Seluruh ini pangkalnya adalah jinak kepada Allah sehingga kejinakan ini sempurna antara kamu dan Allah.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Puasa orang zuhud itu siang hari, sedangkan puasa orang arif itu siang dan malam. Ia tidak berbuka dari puasanya sehingga ia bertemu Tuhannya.
Orang yang arif itu puasa tahunan, selalu demam. Puasa tahunan dengan hatinya, demam dengan rahsianya, dan ia tahu bahawa sembuhnya itu adalah dengan bertemu Tuhannya dan dekat kepada-Nya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Mereka tunaikan hutang orang yang berhutang yang tiada kuasa untuk melunaskannya. Mereka adalah raja-raja, bukan raja-raja dunia kerana raja-raja dunia itu mengambil dan tidak memberi, sedangkan kaum itu mengutamakan orang lain dan menunggu-nunggu orang yang tidak hadir.
Mereka mengambil dari tangan Allah bukan tangan makhluk. Usaha anggota badan mereka untuk makhluk, sedangkan usaha hati mereka untuk mereka sendiri. Mereka berinfak (memberikan harta) itu kerana Allah bukan kerana hawa nafsu, bukan kerana pujian dan sanjungan.
Tinggalkan kaum yang sombong terhadap Allah dan terhadap makhluk, kerana sombong itu termasuk sifat orang-orang pemaksa yang mana mereka dibenamkan ke dalam neraka jahanam. Apabila kamu marah kepada Allah maka kamu sombong kepada-Nya. ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
“Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang berbaik sangka terhadap orang lain.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Kemudian kamu akan disampaikan kepada satu kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq, para syuhada dan orang-orang saleh sebelummu. Dengan demikian kamu akan dekat dengan Allah, agar kamu dapat melihat kedudukan orang-orang sebelummu dalam menuju Raja Yang Maha Agung itu. Di sisi Tuhan Allah-lah kamu mendapatkan kesentosaan, keselamatan dan keuntungan.
Biarlah bencana itu menimpamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba menhindarkannya dengan doa dan shalatmu, dan jangan pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan bencana itu, karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api neraka. Sebenarnya, bencana yang datang kepadamu itu bukannya akan menghancurkanmu, melainkan sebenarnya adalah akan mengujimu, mengesahkan kesempurnaan imanmu, menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS 47:31).” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Futuhul Qalb.
Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud,
“Seandainya manusia itu diterima dakwaannya, nescaya satu kaum mengaku memiliki hubungan darah dengan kaum lainnya, dan juga mengakui harta bendanya. Namun, kesaksian itu diwajibkan atas mudd’i dan sumpah atas orang yang engkar”. Mulut yang terampil tidak ada gunanya jika hatinya bodoh.
Dan sabdanya lagi,“Yang paling aku khuatirkan atas umatku ialah manusia hipokrit (munafik) yang pandai berkata-kata”..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan : Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Jika semuanya itu sudah kamu penuhi, tentu kamu akan temui ‘kasih sayang’ Allah s.w.t. selalu melimpah kepadamu..”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Bersopanlah terhadap Allah dan makhluk-Nya
“Bersopanlah yang baik terhadap-Nya dan terhadap makhluk-Nya. Sedikitlah berbicara yang tidak berguna bagimu.”~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Ilmu tanpa amal
”Orang-orang yang meninggalkan amal dalam keadaan berilmu, ilmu itu akan melupakanmu dan berkahnya hilang dari hatimu. Wahai orang-orang yang bodoh! seandainya kamu mengetahui-Nya nescaya kamu mengetahui siksaan-siksaan-Nya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Tidak berkumpul makhluk dan Khaliq dalam satu hati
“Makhluk
dan Khaliq tidak berkumpul. Dunia dan akhirat juga tidaklah berkumpul
dalam satu hati. Ada kalanya makhluk dan ada kalanya Khaliq di hatimu.
Ada kalanya dunia dan ada kalanya akhirat. Ada kalanya terbayang bahawa
makhluk ada di lahirmu sedang Khaliq di hatimu. Dunia di tanganmu sedang
akhirat di hatimu. Adapun di dalam hati, kedua-duanya tidak berkumpul. Lihatlah kepada jiwamu dan pilihkan untuknya, jika ia menghendaki dunia maka keluarlah akhirat dari hatimu. Jika ia menghendaki akhirat maka keluarkanlah dunia dari hatimu. Jika ia menghendaki Tuhan maka keluarkanlah dunia, akhirat dan apa yg selainNya dari hati.
Selagi di dalam hatimu masih ada sebesar semut yang selain Allah, maka kamu tidak melihat dekatnya Allah di sisimu, dan tidak bangkit kejinakan dan ketenangan kepada-Nya.
Selagi di dalam hatimu masih ada dunia sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat akhirat di hadapanmu. Dan selagi di dalam hatimu terdapat akhirat sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat dekat kepada Allah.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
kunjungi toko bunga karawang, toko bunga bekasi, toko bunga cikarang
Syirik lahir dan batin
“Syirik
itu ada pada lahir dan batin. Syirik lahir ialah menyembah berhala
sedangkan syirik batin ialah berpegang kepada makhluk dan memandang
mereka dapat memberi kemudaratan dan manfaat.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Islam, iman dan penyerahan
”Wahai
anak! Apabila kamu tidak memiliki Islam maka kamu tidak memiliki iman.
Dan bila kamu tidak memiliki iman maka kamu tidak memiliki keyakinan.
Apabila kamu tidak memiliki keyakinan maka kamu tidak mempunyai makrifat
dan pengetahuan-Nya. Ini adalah bertingkat-tingkat. Apabila Islam telah benar bagimu, maka penyerahan itu telah benar bagimu. Jadilah kamu orang yang berserah diri kepada Allah dalam seluruh keadaanmu disertai dengan memelihara batas-batas syarak dan menepati syarak itu.
Serahkan kepada-Nya akan hak jiwamu dan selainmu. Perbaikilah kesopanan terhadap-Nya dan makhluk-Nya. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap dirimu dan orang lain kerana perbuatan aniaya itu kegelapan di dunia dan di akhirat.”~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Syarat untuk sampai kepada Allah SWT
“Lelah
itu selama kamu berkemahuan untuk menuju dan berjalan kepada-Nya.
Apabila kamu telah sampai dan habis jarak perjalananmu dan kamu berada
di dalam rumah dekat dengan Tuhanmu maka hilanglah beban itu. Maka tetaplah terhibur dengan-Nya yg berada di dalam hatimu, dan kamu akan bertambah sehingga kamu mengambil sesuatu di samping-Nya. Mulanya kamu kecil kemudian menjadi besar. Apabila kamu sudah besar maka hati penuh dengan Allah, maka tidak ada jalan dan tidak ada sudut bagi hati untuk selain-Nya.
Jika kamu ingin sampai kepada ini, maka jadilah kamu mengikut perintah-Nya, mencegah segala larangan-Nya, berserah diri kepada-Nya dalam kebaikan dan keburukan, kaya dan fakir, mulia dan hina.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Apabila amal sudah sempurna
“Janganlah
kamu melihat amalmu, walaupun anggota-anggota badanmu bergerak untuk
amal dan hatimu beserta Zat yang mana amal itu ditujukan kepada Allah.
Apabila hal ini sempurna bagimu maka hatimu menjumpai mata yang dapat
melihat. Makna menjadi bentuk, yang ghaib menjadi hadir, berita menjadi terang. Hamba apabila baik kerana Allah maka Dia bersamanya dalam semua keadaan. Dia mengubahnya, menggantikannya dan memindahkannya dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.
Seluruhnya menjadi bererti, seluruhnya menjadi keimanan, keyakinan, pengetahuan, pendekatan dan kesaksian. Seluruhnya menjadi siang tanpa malam, sinar tanpa gelap, jernih tanpa keruh, hati tanpa nafas, rahsia tanpa kasar, fana tanpa wujud, ghaib tanpa hadir.
Seluruhnya menjadi kitab ghaib dari mereka dan dirinya. Seluruh ini pangkalnya adalah jinak kepada Allah sehingga kejinakan ini sempurna antara kamu dan Allah.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Memberi lebih baik dari pada menerima
“Wahai
anak! Janganlah kamu menuntut sesuatu kepada seseorang. Dan jika kamu
mampu untuk memberi dan tidak mengambil maka lakukanlah. Kamu melayani
dan kamu tidak minta dilayani oleh orang lain maka lakukanlah.”~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Puasa orang zuhud dan orang arif
“Orang yang zuhud itu berpuasa dari makan dan minum, sedangkan orang yang arif itu berpuasa tanpa diketahui. Puasa orang zuhud itu siang hari, sedangkan puasa orang arif itu siang dan malam. Ia tidak berbuka dari puasanya sehingga ia bertemu Tuhannya.
Orang yang arif itu puasa tahunan, selalu demam. Puasa tahunan dengan hatinya, demam dengan rahsianya, dan ia tahu bahawa sembuhnya itu adalah dengan bertemu Tuhannya dan dekat kepada-Nya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Sifat pemurah
Suatu
kaum itu disibukkan untuk memberi kepada makhluk. Mereka mengambil dan
memberi. Mengambil dari kurnia dan rahmat Allah dan memberikan kepada
fakir dan miskin yang ditimpa kesempitan.Mereka tunaikan hutang orang yang berhutang yang tiada kuasa untuk melunaskannya. Mereka adalah raja-raja, bukan raja-raja dunia kerana raja-raja dunia itu mengambil dan tidak memberi, sedangkan kaum itu mengutamakan orang lain dan menunggu-nunggu orang yang tidak hadir.
Mereka mengambil dari tangan Allah bukan tangan makhluk. Usaha anggota badan mereka untuk makhluk, sedangkan usaha hati mereka untuk mereka sendiri. Mereka berinfak (memberikan harta) itu kerana Allah bukan kerana hawa nafsu, bukan kerana pujian dan sanjungan.
Tinggalkan kaum yang sombong terhadap Allah dan terhadap makhluk, kerana sombong itu termasuk sifat orang-orang pemaksa yang mana mereka dibenamkan ke dalam neraka jahanam. Apabila kamu marah kepada Allah maka kamu sombong kepada-Nya. ~ Syeikh Abdul Qadir Jailani
Nasihat ~ Gunakan waktu tersisa untuk akhiratmu
“Jadikanlah
akhiratmu itu sebagai modalmu, dan jadikan dunia itu sebagai
keuntunganmu. Gunakanlah seluruh waktumu untuk menghasilkan akhiratmu.
Lalu apabila dari waktumu itu ada sedikit yang tersisa, maka gunakanlah
untuk berusaha dalam urusan duniamu dan mencari penghidupanmu.” ~ Syeikh Abdul Qadir al-Jailani Petikan: Kitab Futuhul Qalb.
Mutiara kata
“Mudah-mudahan umat Islam diselamatkan dari bencana alam selama dia masih mahu mendoakan saudaranya yang seiman.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani “Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang berbaik sangka terhadap orang lain.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Nasihati diri sendiri sebelum menasihati orang lain
“Nasihatilah
dirimu terlebih dahulu barulah kemudian menasihati orang lain. Kamu
harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah kamu menoleh pada
orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus
diperbaiki.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Nasihat ~ Jangan takut dan berharap kepada makhluk
“Janganlah
kamu takut kepada makhluk dan janganlah kamu berharap kepada mereka,
kerana hal itu menunjukkan betapa lemahnya imanmu. Hendaklah engkau
istiqamah dalam cita-citamu, sehingga engkau memperolehi ketinggian,
kerana Allah SWT akan memberimu sesuatu yang layak dengan cita-citamu,
dengan kebenaran dan keikhlasanmu. Bersungguh-sungguhlah engkau,
songsong dan kejarlah, kerana sesuatu itu tidak akan datang kepadamu
begitu sahaja, tanpa berusaha memperolehinya, sedangkan engkau mempunyai
kewajiban untuk melakukan amal kebaikan sebagaimana engkau diwajibkan
untuk mencari rezeki.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Nasihat ~ Hindari buruk sangka
“Selama hidup di dunia ini, yang terbaik adalah menyelamatkan hati dari buruk sangka.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Nasihat ~ Berzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT
“Orang itu dikatakan dekat dengan Allah selama dia meluangkan waktunya untuk berdzikir setiap hari.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Nasihat ~ Sedekahlah kepada pengemis
“Bantulah
orang fakir dengan sebahagian harta kalian. Jangan pernah menolak
pengemis, padahal kalian mampu memberikan sesuatu untuknya baik sedikit
mahupun banyak. Raihlah kasih sayang Allah dengan pemberian kalian.
Bersyukurlah kepada Allah yang telah membuat kalian mampu memberi. Jika
pengemis adalah hadiah dari Allah, sementara kalian mampu memberinya,
mengapa kalian menolak hadiah itu?! Bohong kalau kalian mendengar
nasihat dan menangis di hadapanku, tapi saat orang datang meminta uluran
tangan, kalian malah membiarkannya. Itu menunjukkan bahawa tangisan
kalian belum kerana Allah.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Futuhul Qalb.
Nasihat – 54
“Banyak
kenikmatan yang tersembunyi di antara taring-taring bencana. Banyak
kegembiraan yang menghadap arah di mana beberapa musibah menanti.
Bersabarlah atas ujian-ujian yang menimpamu kerana segala sesuatu ada
sebabnya. Setiap kesusahan itu ada kegembiraannya. Setiap yang murni ada
campurannya.” ~ Imam al-Ghazali Petikan: Kitab Mukasyafah al-Qulub.
Nasihat – 53
“Apabila
kebenaran keimananmu telah terbukti dan kamu dapat menyesuaikan diri
dengan kehendak dan perbuatan Allah, dan dengan idzin Allah juga, maka
hendaklah kamu tetap bersabar dan redha serta patuh kepadaNya. Janganlah
kamu melakukan apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-Nya
telah datang, maka dengarkanlah, perhatikanlah, bersegeralah
melakukannya, senantiasalah kamu bergerak dan jangan bersikap pasif
terhadap takdir dan perbuatan-Nya, tetapi pergunakanlah seluruh daya dan
upayamu untuk melaksanakan perintah-Nya itu.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Futuhul Qalb.
Nasihat – 52
“Hendaklah
kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah di dalam
segala hal, agar Dia memanifestasikan kerja-Nya melaluimu. Jika kebaikan
yang didapati, maka bersyukurlah. Dan jika bencana yang menimpamu,
bersabarlah dan kembalilah kepada Dia. Kemudian rasakan keuntungan yang
didapati dari apa yang kamu anggap sebagai bencana itu, lalu
tenggelamlah di dalam Dia melalui perkara itu sejauh kemampuan yang kamu
miliki dengan cara keadaan rohani yang telah diberikan kepadamu. Dengan
cara inilah kamu dinaikan dari satu peringkat ke peringkat lainnya yang
lebih tinggi dalam perjalan menuju Allah, supaya kamu dapat mencapai
Dia. Kemudian kamu akan disampaikan kepada satu kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq, para syuhada dan orang-orang saleh sebelummu. Dengan demikian kamu akan dekat dengan Allah, agar kamu dapat melihat kedudukan orang-orang sebelummu dalam menuju Raja Yang Maha Agung itu. Di sisi Tuhan Allah-lah kamu mendapatkan kesentosaan, keselamatan dan keuntungan.
Biarlah bencana itu menimpamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba menhindarkannya dengan doa dan shalatmu, dan jangan pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan bencana itu, karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api neraka. Sebenarnya, bencana yang datang kepadamu itu bukannya akan menghancurkanmu, melainkan sebenarnya adalah akan mengujimu, mengesahkan kesempurnaan imanmu, menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS 47:31).” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Futuhul Qalb.
Nasihat – 51
“Janganlah
bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan dan jangan pula mencuba
menghindarkan diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu
jika memang sudah ditentukan oleh Allah untukmu, baik sengaja mencarinya
maupun tidak. Malapetaka itu pun akan datang menimpamu, jika memang
telah ditetapkan oleh Allah untukmu, baik kamu membencinya, maupun
mencuba menghindarkannya dengan doa dan solat atau menghadapinya dengan
penuh kesabaran, kerana hendak mencari keredhaan Allah.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Futuhul Qalb.
Nasihat – 50
“Taubatlah
engkau dari riak dan nifaq. Janganlah malu mengakui hal itu atas
dirimu. Yang kuat di antara manusia mulia adalah mereka yang semula
munafik. Oleh yang demikian, berkatalah sebahagian ulama, “Tidak ada
yang mengetahui hakikat ikhlas kecuali murai (orang riak)”. Yang paling
beruntung ialah mereka yang ikhlas mulai dari awal hingga akhirnya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 49
“Fikirlah
bahawa di dunia ini, suatu yang kamu cintai tidak akan kekal selamanya.
Tidak abadi, pasti fana. Jika hal ini telah benar-benar kamu sedari,
tentu kamu tidak akan melupakanNya walau sekejap pun. Namun, kebanyakan
tidak ada manusia yang mengingatkan hal itu. Barang siapa telah
merasakan, bererti telah mengetahuinya. Manusia yang demikian adalah
termasuk salah satu dari mereka yang tidak tahan tinggal bersama
makhluk..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 48
“Malulah
kamu kepada Allah s.w.t. Lihatlah dengan mata hatimu. Rendahkan dirimu
dihadapanNya. Letakkan dirimu di bawah lintasan kekuasaanNya. Bimbinglah
jiwamu untuk sentiasa mensyukuri nikmat-nikmatNya. Raihlah sinar
keterangan dengan mengharungi segala cubaan dan rintangan. Jika semuanya
telah benar-benar ada pada dirimu, maka karamah, keluhuran dan syurga
Allah akan kamu dapati, baik di dunia maupun di akhirat..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 47
“Ketahuilah,
‘naqal’ tidak dapat dihasilkan oleh ‘akal’. ‘Nash’ tidak dapat
meninggalkan ‘qias’. Sesuatu yang sudah jelas, tidak perlu penjelasan
lagi. Apalagi halnya berdasarkan prasangka atau pengakuan. Harta benda
orang lain tidak boleh diambil hanya dengan pengakuan, tanpa dikuatkan
oleh saksi. Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud,
“Seandainya manusia itu diterima dakwaannya, nescaya satu kaum mengaku memiliki hubungan darah dengan kaum lainnya, dan juga mengakui harta bendanya. Namun, kesaksian itu diwajibkan atas mudd’i dan sumpah atas orang yang engkar”. Mulut yang terampil tidak ada gunanya jika hatinya bodoh.
Dan sabdanya lagi,“Yang paling aku khuatirkan atas umatku ialah manusia hipokrit (munafik) yang pandai berkata-kata”..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan : Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 46
“Kenalilah
Allah s.w.t., janganlah rasa bodoh terhadapNya. Taatlah kepadaNya,
jangan mendurhakaiNya. Redhalah atas kententuan takdirNya, jangan kau
ingkari. Kenalilah Al-Haq Azza Wajalla melalui ciptaanNya. Dialah
(Allah) Maha Pencipta, Pemberi Rezeki, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang
Lahir dan Yang Batin, Yang Qadim, Yang Abadi dan Yang Bebas Berbuat
Sesuai Dengan KehendakNya..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 45
“Orang
mukmin mengawal dirinya dengan membangun batinnya. Kemudian bari
membangun lahirnya. Sebagaimana orang yang membangun rumah,
membelanjakan sejumlah wangnya untuk mengisi rumahnya itu sebelum
pintunya terbuat rapi.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 44
“Wahai
mereka2 yang jahil! Pada mulanya engkau haruslah bergaul dengan para
syeikh. Membinasakan nafsu, kesenangan dan segala sesuatu selain Allah
Azza Wajalla. Engkau harus selalu menghadap pintu rumahnya, yakni para
syeikh. Baru setelah itu, pisahkan dirimu dengan mereka. Bersilalah di
persadamu sendirian, hanya bersama Allah Azza Wajalla. Jika semuanya itu
telah engkau capai, nescaya engkau akan jadi ‘ubat’ bagi makhluk.
Menjadi ‘petunjuk’ yang menuntut mereka, atas lain Allah Azza Wajalla.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 43
“Aku
mengajak kamu menghadap ke hadirat Allah Azza Wajalla. AKu mengajak
kamu ke ambang pintuNya dan untuk taat kepadaNya, bukan kepada dirimu.
Orang munafik tidak mungkin mengajak makhluk ke hadapan Tuhan, melainkan
mengajak menghadap kepada diri mereka. Mereka mencari penghormatan dan
pengakuan serta tamak kepada hal-hal duniawi..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 42
“Tukarkanlah
pakaian ‘syahwat’, sombong, ujub, nifak, suka dipuji makhluk, senang
disanjung dan senang kepada pemberian segala daya dan kekuatan serta
semangat untuk menukarkannya. Letakkanlah dirimu di hadapan Allah Azza
Wajalla dengan tiada daya, kekuatan dan tidak bersama apa-apa, juga
dengan tanpa syirik dengan makhluk. Jika semuanya itu sudah kamu penuhi, tentu kamu akan temui ‘kasih sayang’ Allah s.w.t. selalu melimpah kepadamu..”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 41
“Para
badal (al-abdal) itu adalah ‘khowas al-khowas’ yang memberikan fatwa
syarak. Kemudian memandang urusan Allah Azza Wajalla, perbuatan,
kehendak dan ilhamNya. Hal2 yang di luar itu adalah benar2 binasa dalam
kebinasaan. Para al-abdal sentiasa membantu kamu. Apa yang kamu lakukan.
Apakah kamu teguh atau sebaliknya. Kamu benar ataukah bohong.
Barangsiapa yang tidak menyetujui ‘kadar’ (kententuan Allah s.w.t.) maka ia tidak akan dikasihi dan tidak pula diakui. Siapa tidak rela dengan keputusan Allah s.w.t. maka ia tidak diredhainya. Siapa tidak memberi, maka tidak akan diberi, siapa tidak mahu berkunjung, maka ia tidak dikurnia kenderaan.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud,
” Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah……”(Q.S. al-Hasy: 7).” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Saudaraku, Janganlah kamu termasuk golongan orang2 yang apabila diberi nasihat, tidak mahu menerima, dan jika mendengar nasihat tidak mahu mengamalkannya. Ketahuilah, bahawa agamamu akan hilang disebabkan empat perkara:
1. Kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu ketahui.
2. Kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui.
3. Kamu tidak mahu berusaha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, sehingga tetap bodoh.
4. Kamu melarang manusia untuk berusaha mengetahui apa yang mereka tidak mengetahuinya..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud; Takutlah kamu dengan firasat seorang mikmin. Sebab ia memandang sesuatu dengan cahaya Illahi.”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Demikian pula hukum dan ilmu. Kurnia (fadhal) merupakan santapan dan penyegarnya. Mereka makan dari fadhal-Nya dan minum susu-Nya. Mereka minum, mereka merasa bising terhadap suara-suara manusia, tetapi mereka tinggal bersama-samanya (makhluk). Mereka menyuruh makhluk melaksanakan perintah Allah SWT, mencegah makhluk dari mengerjakan larangan-larangan-Nya, sebagai penerus ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merekalah pewaris yang sebenarnya.
Para kekasih Allah itu tidak pernah bertindak dan bersikap demi diri dan nafsunya sendiri. Mereka mencintai sesuatu kerana Allah Azza Wajalla dan membenci sesuatu juga keranaNya. Semuanya demi Dia, tidak ada bahagian yang diberikan kepada selainNya.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud,“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama”.(Q.S. Fathir :28).” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Jika Dia mengetahui kesungguhanmu mencari-Nya, maka Dia akan menghendakimu. Jika Dia mengetahui kesungguhan cintamu kepada-Nya, maka Dia akan Mengasihimu, menunjukkan hatimu dan mendekatkanmu kepada-Nya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
1. Kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu ketahui.
2. Kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui.
3. Kamu tidak mahu berusaha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, sehingga tetap bodoh.
4. Kamu melarang manusia untuk berusaha mengetahui apa yang mereka tidak mengetahuinya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Wahai orang yang tertipu oleh gemerlapan dunia! Wahai orang yang sibuk dengan sesuatu yang tidak bererti! Wahai orang yang meninggalkan kemuliaan dan sibuk dengan para hamba! Celakalah menanti kamu!.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Saudaraku! sikap itu bukanlah terdapat pada pakaian atau makanan. Sikap itu bersemayam dalam lubuk hati sanubari yang zuhud. Orang yang benar akan mengenakan pakaian sufi dalam batinnya, baru kemudian mengenakannya pada lahirnya. Secara berturut-turut dikenakan pada dirinya, hatinya, jiwanya, dan kemudian anggota-anggota badannya.
Jika semuanya telah berselimut dengan pakaian itu, maka datanglah tangan kasih sayang dan anugerah yang menggantikannya dengan pakaian sukacita, siksaan berganti dengan kenikmatan, kemarahan berganti dengan kesenangan, kekhuatiran berganti dengan ketenteraman, jauh berganti dekat, dan fakir berganti dengan kaya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Barangsiapa yang tidak menyetujui ‘kadar’ (kententuan Allah s.w.t.) maka ia tidak akan dikasihi dan tidak pula diakui. Siapa tidak rela dengan keputusan Allah s.w.t. maka ia tidak diredhainya. Siapa tidak memberi, maka tidak akan diberi, siapa tidak mahu berkunjung, maka ia tidak dikurnia kenderaan.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud,
” Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah……”(Q.S. al-Hasy: 7).” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 40
“Orang yang
beriman selalu menyembunyikan apa yang ada padanya. Jika lisannya
terlanjur mengucapkan sesuatu, maka ia segera memperbaiki ungkapan yang
diucapkan itu. Berusahalah menutupi apa yang telah lahir, dan mohon
kemaafan.”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 39
“Janganlah
kamu menghendaki kelebihan dan kekurangan. Janganlah mencari kemajuan
dan kemunduran. Sebab ketentuan telah menetapkan bahagian masing2.
Setiap orang di antara kamu, tidak diwujudkan melainkan telah ditentukan
catatan mengenai pengalaman hidupnya secara khusus.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 38
“Jika
dunia dan akhirat datang melayanmu, dengan tanpa susah payah, ketuklah
pintu tuhanmu dan menetaplah di dalamnya. Bila kamu telah menetap di
dalamnya, akan jelaslah bagimu seperti “buah fikiran”..”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 37
“Janganlah
engkau menuntut imbuhan atas amal perbuatanmu, baik keduniaan mahupun
keakhiratan. Janganlah kamu mencari nikmat, carilah Zat yang memberimu
nikmat. Carilah tetangga sebelum mendapatkan rumah. Dialah Zat yang
mewujudkan segala sesuatu, Zat yang mengaturkannya dan yang wujud
sesudah segala sesuatu. Saudaraku, Janganlah kamu termasuk golongan orang2 yang apabila diberi nasihat, tidak mahu menerima, dan jika mendengar nasihat tidak mahu mengamalkannya. Ketahuilah, bahawa agamamu akan hilang disebabkan empat perkara:
1. Kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu ketahui.
2. Kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui.
3. Kamu tidak mahu berusaha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, sehingga tetap bodoh.
4. Kamu melarang manusia untuk berusaha mengetahui apa yang mereka tidak mengetahuinya..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 36
“Kepada mereka yang fasik, takutlah kepada orang yang beriman. Jangan bergaul dengan dengan dia, selagi kamu masih bergelumang dengan kemaksiatan yang keji. Sebab, orang2 mukmin, dengan cahaya Illahi, mengetahui apa yang ada dalam dirimu. Mereka mengetahui syirik dan munafikmu dengan melihat tindakan dan gejolak yang ada di balik dirimu. Mereka melihat cela dan aibmu. Barangsiapa tidak mengetahui tempat keberuntungan, lalu dia jelas tidak akan beruntung. Jika demikian, bererti berubah akalmu, dan teman-temanmu pun berubah akal pula.Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud; Takutlah kamu dengan firasat seorang mikmin. Sebab ia memandang sesuatu dengan cahaya Illahi.”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 35
“Para
kekasih Allah (auliya) terhadap makhluk adalah buta, tuli dan bisu.
Jika hati mereka telah dekat kepada Allah Azza Wajalla, maka mereka
tidak mendengar dan melihat selain-Nya. Mereka berada pada kedudukan
antara Al-Jalal dan Al-Jamal, tidak berpaling ke kanan ataupun kiri.
Bagi mereka tidak ada belakang, yang ada hanyalah depan. Manusia, jin,
malaikat dan makhluk yang lain melayani mereka.Demikian pula hukum dan ilmu. Kurnia (fadhal) merupakan santapan dan penyegarnya. Mereka makan dari fadhal-Nya dan minum susu-Nya. Mereka minum, mereka merasa bising terhadap suara-suara manusia, tetapi mereka tinggal bersama-samanya (makhluk). Mereka menyuruh makhluk melaksanakan perintah Allah SWT, mencegah makhluk dari mengerjakan larangan-larangan-Nya, sebagai penerus ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merekalah pewaris yang sebenarnya.
Para kekasih Allah itu tidak pernah bertindak dan bersikap demi diri dan nafsunya sendiri. Mereka mencintai sesuatu kerana Allah Azza Wajalla dan membenci sesuatu juga keranaNya. Semuanya demi Dia, tidak ada bahagian yang diberikan kepada selainNya.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud,“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama”.(Q.S. Fathir :28).” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 34
“Terimalah
nasib dengan zuhud, tidak dengan kebencian. Orang yang makan sambil
menangis tidak sama dengan orang yang makan sambil ketawa, dalam
menerima segala ketentuanNya. Sentiasalah hatimu dengan Allah Azza
Wajalla. Berserah dirilah atas keburukan nasib. Kamu makan sesuatu yang
diberikan oleh tabib dan sesuai dengan ubatnya adalah lebih baik
daripada makan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengetahui asal usulnya.
Selama hatimu keras terhadap amanat, maka hilanglah rahmat darimu, dan
hilanglah pula segala yang ada padamu. Hukum2 syariat itu amanat yang
dibebankan kepadamu, sedangkan kamu meninggalkan dan mengkhianatinya.
Tidak guna lagi jika amanat telah lenyap dari hatimu.”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 33
“Andaikata
tanpa kurnia Allah Azza Wajalla, mana mungkin orang berakal mentadbir
negara, bergaul dengan para penghuninya, yang telah dilanda sifat riak,
nifak, zalim bergelumang syubahat dan haram. Benar telah tersebar
kekufuran, Ya Allah. Kami mohon pertolongan kepadaMu dari kefasikan
kelancangan. Telah banyak kelemahan melanda para zindik. Sungguh telah
ku bongkar rahsia rumah kamu. Tetapi aku mempunyai dasar yang memerlukan
pembina. Aku mempunyai anak-anak yang memerlukan pendidikan. SEANDAINYA
KU UNGKAP SEBAHAGIAN RAHSIAKU, tentu hal ini merupakan pangkal
perselisihan antara aku dengan kamu..”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 32
“Nasihatlah
dirimu terlebih dahulu, kemudian baru orang lain. Anda harus memelihara
nafsumu. Jangan kamu mengira kesalahan orang lain sebab, dirimu masih
memerlukan pembaikan. Adakah anda tahu bagaimana membersihkan orang
lain? Bagaimana menonton orang lain? Padahal yang dapat memimpin manusia
adalah orang2 yang awas. Hanya peranan ulung yang dapat menyelamatkan
orang lain yang tenggelam dalam lautan. Hanya orang yang mengetahui
Allah yang dapat mengarahkan umat manusia ke arah jalan-Nya. Tidaklah
cakapan yang diperlukan untuk berbakti kepada Allah s.w.t. melainkan
perbuatan nyata.”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 31
“Nafsu
seseorang selalu menentang dan membangkang. Maka barangsiapa ingin
menjadikannya baik, hendaklah ia bermujahadah, berjuang melawannya,
sehingga terselamat dari kejahatannya. Hawa nafsu semuanya adalah
keburukan dalam keburukan, namun apabila telah terlatih dan menjadi
tenang, berubahlah ia menjadi kebaikan di dalam kebaikan.”~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 30
“Di
antara ciri orang yang arif billah Azza Wajalla adalah ia selalu sabar
menerima berbagai malapetaka dan rela terhadap semua qadha dan
ketentuan-ketentuan takdir-Nya dalam segala ehwalnya, baik berkenaan
dengan peribadinya, ahlinya dan semua makhluk sesamanya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 29
“Kuasailah
nafsumu! Kalau tidak, maka ia yang akan menguasaimu. Nafsu selalu
mengajak kejahatan dalam soal dunia dan akhirat. Jauhilah orang-orang
yang menjauhkan kamu dari Allah Azza Wajalla, seperti kamu menjauhi
binatang buas. Berbuatlah sesuatu untuk Allah Azza Wajalla! Sesungguhnya
orang yang berbuat sesuatu untuk Allah Azza Wajalla itu akan beruntung.
Barang siapa yang mencintai Allah Azza Wajalla, maka Dia akan
mencintainya. Dan barang siapa yang menghendaki Allah Azza Wajalla, maka
Dia akan menghendakinya. Dan barang siapa yang mengenali Allah Azza
Wajalla bererti ia telah mengenal dirinya sendiri.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 28
“Jika
kamu terpaksa memerlukan sesuatu, mintalah kepada Allah Azza Wajalla,
jangan kepada makhluk. Sesungguhnya yang paling dibenci oleh Allah
adalah orang yang meminta dunia kepada sesama makhluk-Nya. Mintalah
pertolongan kepada-Nya. Dia Maha Kaya, sedangkan semua makhluk adalah
fakir. Mereka tidak dapat memberikan bahaya atau manfaat bagi dirinya
sendiri, apa lagi bagi orang lain. Sesungguhnya pada permulaan, Dia
menghendaki agar kamu menjadi orang yang mencari kepada-Nya. Sedangkan
nanti pada akhirnya kamu menjadi yang dikehendaki oleh-Nya. Seorang
budak yang masih kecil akan mencari ibunya, tapi kalau sudah besar,
justeru ibu yang akan mencarinya. Carilah kasih sayang-Nya.Jika Dia mengetahui kesungguhanmu mencari-Nya, maka Dia akan menghendakimu. Jika Dia mengetahui kesungguhan cintamu kepada-Nya, maka Dia akan Mengasihimu, menunjukkan hatimu dan mendekatkanmu kepada-Nya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 27
“Hendaklah
engkau selalu ingat kepada Allah Azza Wajalla dan mengadakan hubungan
bathin dengan-Nya, sebab Allah Azza Wajalla adalah Zat yang memenuhi
keperluanmu di dunia dan di akhirat, memeliharamu di waktu hidup dan
matimu. Dia juga yang menghindarimu dari segala macam bencana. Hendaklah
engkau sentiasa berpegang kepada kalam yang jelas kebenarannya, sejelas
coretan tinta hitam ke atas lembaran putih, mengabdilah kepadanya
sehingga ia mengabdimu, dan ia memimpin tangan qalbumu dan membawanya ke
hadrat Tuhanmu Allah Azza Wajalla. Mengamalkan isinya menyebabkan
hatimu memiliki dua sayap yang dapat kau buat terbang untuk menghadap
kepada Tuhanmu Allah Azza Wajalla.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 26
“Dekatilah
ulama yang muttaqqin, sebab bergaul dengan mereka dapat mendatangkan
barakah. Janganlah kamu dekati ulama yang tidak mengamalkan ilmunya,
sebab bergaul dengan mereka dapat menimbulkan ‘aib. Bila kamu
berhubungan erat dengan orang yang lebih taqwa dan lebih banyak ilmunya
daripadamu, maka kamu akan mendapat barakah daripadanya. Bila kau
bergaul dengan orang yang lebih tua umurnya daripada umurmu, tapi ia
tidak bertaqwa kepada Allah Azza Wajalla, maka pergaulanmu itu akan
menimbulkan aib. Beramallah kerana Allah Azza Wajalla, jangan beramal
kerana selain-Nya. Beramal kerana selain-Nya adalah syirik.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 25
“Kembalilah
kau kepada Allah Azza Wajalla dengan memperbaharui Islam, memperbaiki
taubat dan ikhlasmu, sebelum datangnya maut sebab bila maut telah
datang, pintu taubat akan tertutup sehingga kau tidak dapat masuk ke
dalamnya. Kembalilah kepada-Nya dengan melangkah kaki qalbumu agar pintu
anugerah-Nya tidak dikunci untukmu, kerana bila sudah terkunci jiwamu,
kekuatan, kekayaan dan hartamu tidak akan diberkati-Nya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 24
“Qalbu
ini tidak akan beruntung selagi belum sampai ke tingkatan qurban kepada
Allah Azza Wajalla, Yang Maha Qadim, Azali dan Abadi selama-lamanya.
Janganlah suka mendesak, hai munafik. Apakah yang kau miliki itu lebih
baik daripada yang dimiliki selainmu? Engkau adalah hamba rotimu, hamba
lauk-paukmu, manisanmu, kudamu dan kekuasaanmu. Qalbu yang jujur pergi
menghindar daripaa makhluk, menuju kepada Allah Azza Wajalla. Ia melihat
segala sesuatu di tengah jalan, tetapi tidak memperdulikan sedikitpun.
Ia terus berjalan sampai ake tempat tujuan.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 23
“Saudara!
Tinggalkanlah berbicara tentang urusan makhluk selama engkau masih
bergabung dengan hawa nafsumu. Diamlah! Sebab, jika Allah Azza Wajalla
menginginkan kau untuk melakukan sesuatu, maka Dia menyiapkan kau untuk
sesuatu itu. Jika berkenan, Allah berkuasa menghidupkanmu, mematikanmu
dan berkuasa pula mengabdikanmu. Allah Zat yang menampakkan segala
sesuatu, bukan engkau. Serahkanlah jiwamu, ucapanmu dan seluruh tingkah
lakumu kepada ketentuan taqdir-Nya. Giatkan beramal kerana-Nya, jadilah
engkau orang yang giat beramal tanpa banyak cakap, orang yang ikhlas
tanpa riak, orang yang bertauhid tanpa syirik, orang yang selalu
berkhalwat tanpa jalwat, dan bathin tanpa lahir. Sibukkan bathinmu
dengan niat yang mantap. Engkau berdialog dengan Allah Azza Wajalla dan
memberi ‘isyarat’ kepada-Nya dengan perkataanmu.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 22
“Jadikanlah
seluruh amal perbuatanmu li wajhillah, bukan mencari nikmat-nikmat-Nya.
Rela dengan pengaturan-Nya, qadha dan perbuatan-perbuatan-Nya. Bila
semua ini kau lakukan, bererti kau mati meninggalkan dirimu dan kau
hidup dengan-Nya. Hati sanubarimu menjadi selalu ingat kepada-Nya.
Engkau sentiasa dekat dengan-Nya dan lupa dengan selain-Nya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 21
“Jika
kamu orang yang berakal, tentu kamu akan meraih keimanan untuk bekal
ketika bertemu dengan Allah Azza Wajalla, dan tentu akan bersahabat
dengan orang-orang yang soleh, serta mengambil mereka sebagai suri
tauladan yang baik dalam perkataan dan perbuatan. Sehingga hari demi
hari keimanan dan keyakinanmu akan bertambah. Lalu kemudian Allah Azza
Wajalla akan memurnikan keimananmu dan membina perangaimu, serta
menumbuhkan kesedaran hatimu dalam menerima perintah dan larangan.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 20
“Barang
siapa telah menunaikan perintah Allah Azza Wajalla berupa dua macam
jihad ini, nescaya ia akan memperolehi dua balasan, balasan di dunia dan
di akhirat. Luka-luka pada tubuh seorang syahid bagaikan membekam
(fasd) pada tangan salah seorang di antaramu yang tidak ada rasa sakit
sedikitpun. Mati bagi mujahid linafsihi (orang yang memerangi nafsunya)
dan bagi orang yang bertaubat dari semua dosanya bagaikan orang haus
dahaga yang minum air ais.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 19
“Kuncilah
pintu qalbumu. Hentikan segala sesuatu untuk masuk ke dalamnya. Isilah
dengan zikrullah saja. Bertaubatlah setiap kali kau mengerjakan maksiat.
Sesalilah perbuatanmu yang kurang sopan. Tangisilah
kesalahan-kesalahanmu. Bantulah kaum fakir miskin dengan sedikit
hartamu. Janganlah bersikap tamak. Sebentar lagi hartamu akan kau
tinggalkan. Orang mukmin yang kuat keyakinannya tidaklah bersikap
kedekut. Sikap demikian inilah yang menyebabkan bahagia, baik di dunia
mahupun di akhirat kelak.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 18
“Riak,
nifaq dan maksiat adalah faktor penyebab lahirnya kefakiran, kehinaan
dan pengusiran dari pintu Allah Azza Wajalla. Orang yang menunjuk-nunjuk
dan munafik mengambil dunia dengan jalan menjual agamanya. Ia
mengenakan perhiasan orang-orang soleh, tetapi sebenarnya tidak patut
sama sekali ia berbicara mirip pembicaraan orang-orang soleh, mengenakan
baju seperti baju orang-orang soleh, tetapi tidak mahu beramal seperti
perbuatan orang-orang soleh. Ia mengaku mempunyai hubungan darah dengan
orang-orang soleh, pada hal sebenarnya tidak.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 17
“Nabi
Isa a.s. berkata kepada iblis yang bermaksud: “Siapa yang paling kau
senangi? Jawab iblis: “Orang mukmin yang bakhil”. Nabi Isa a.s. bertanya
lagi: “Siapa yang paling kau benci? Iblis menjawab: “Orang fasiq yang
dermawan.” “Mengapa begitu?”, tanya Nabi Isa a.s. Iblis menjawab: “Ya,
aku menginginkan dari orang mukmin yang bakhil agar ketamakannya itu
menjerumuskannya ke jurang kemaksiatan, dan aku sangat khuatir kalau
keburukan-keburukan orang fasiq itu terhapus oleh kedermawannya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 16
“Allah
Azza Wajalla menciptakan ubat dan penyakit. Maksiat adalah penyakit,
sedangkan taat adalah ubat. Zalim itu penyakit, sedangkan adil itu ubat.
Salah itu penyakit, sedangkan benar itu ubat. Menentang Allah itu
penyakit, sedangkan taubat dari segala dosa itu ubat.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 15
“Ketahuilah bahawa agamamu akan hilang disebabkan empat perkara:1. Kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu ketahui.
2. Kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui.
3. Kamu tidak mahu berusaha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, sehingga tetap bodoh.
4. Kamu melarang manusia untuk berusaha mengetahui apa yang mereka tidak mengetahuinya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 14
“Syirik
itu ada kalanya dalam lahir dan ada kalanya dalam bathin. Syirik lahir
ialah menyembah kepada selain Allah. Adapun syirik bathin ialah
menggantungkan nasib kepada sesama makhluk dan menganggap mereka yang
mendatangkan bahaya dan manfaat.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 13
“Wahai
orang yang tertipu! Tiang atas kehidupanmu telah retak, dinding
kehidupanmu juga telah condong, bahkan rumah yang kamu duduki telah
roboh. Kamu harus segera meninggalkannya dan pindah ke tempat lain.
Carilah rumah akhirat! Langkahkan kakimu ke sana. Apakah kakinya?
Kakinya ialah amal yang baik. Persembahkan hartamu untuk akhirat, supaya
kelak kamu boleh mendapatkannya di sana.Wahai orang yang tertipu oleh gemerlapan dunia! Wahai orang yang sibuk dengan sesuatu yang tidak bererti! Wahai orang yang meninggalkan kemuliaan dan sibuk dengan para hamba! Celakalah menanti kamu!.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 12
“Celakalah,
engkau melakukan perbuaan ahli neraka, tetapi kau mengharapkan syurga.
Engkau tamak bukan pada tempatnya. Janganlah kau tergiur dengan barang
pinjaman yang kau kira sebagai milikmu sendiri. Sebentar lagi, barang
itu akan diambil dari tanganmu. Allah Azza Wajalla telah meminjamkan
kehidupan kepada mu, sehingga dengan itu kau patuh kepadaNya. Kehidupan
yang pendek merupakan barang pinjaman itu kau anggap sebagaai milik
peribadimu, sehingga kau perlakukan semahu mu.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 11
“Jika
tauhid, ikhlas, makrifat dan mahabah kepada Allah Azza Wajalla telah
benar-benar meresap dalam lubuk hatinya, maka datanglah (kepadanya)
keteguhan pendirian dan kelonggaran mutlak. Datang pula kepadanya
kekuatan raksasa dari Allah Azza Wajalla. Ia, dengan kekuatannya itu,
sanggup memikul beban berat makhluk, tanpa payah. Ia mendekati mereka,
ia menuntut mereka. Segala kesibukannya hanya untuk kemaslahatan mereka,
namun tidak melalaikannya daripada Tuhannya walau sekejap masa. Orang
yang zuhud selalu berusaha lari dari makhluk, tetapi orang zuhud yang
kamil tidak demikian. Ia tidak berusaha menghindari mereka, kerana ia
sudah mencapai darjat arifbillah (makrifat kepada Allah SWT).” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 10
“Keberanian
musuh (orang-orang kafir) dinilai dari ketabahannya di saat berhadapan
dengan mereka. Tetapi, keberanian orang-orang soleh dinilai dari segi
ketabahannya di waktu bertemu dengan hawa nafsu, kesenangan, perwatakan
syaitan-syaitan dan teman-teman mereka yang sentiasa mengajak berbuat
kejahatan. Sedangkan keberanian orang-orang khas (Khawwash) dinilai dari
segi “zuhud”nya dalam urusan dunia dan akhirat dan kebergantungannya
kepada Allah Azza Wajalla.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 9
“Alangkah
baik keadaan orang mukmin di dunia dan di akhirat. Di dunia ia tidak
berdukacita segala sesuatu yang ada padanya setelah ia mengetahui bahawa
Tuhannya berkenan meredhainya. Di mana saja ia berada, pasti ia menemui
bahagiannya dan merasa puas dengan haknya itu. Ke mana saja ia
menghadap, ia selalu memandang dengan Nur Allah Azza Wajalla, tiada
kegelapan baginya. Semua isyaratnya tertuju kepada Allah Azza Wajalla.
Segala pegangan dan tawakalnya juga hanya tertuju padaNya. Hati-hatilah,
jangan sekali-kali anda menyakiti orang mukmin sebab penyakit orang
mukmin adalah satu racun dalam tubuh orang-orang yang menyakitinya, dan
juga merupakan faktor penyebab kefakiran dan disiksaNya..” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 8
“Berserahlah
diri kepada Allah Azza Wajalla. Bermohonlah kepadaNya untuk memenuhi
keperluan-keperluanmu. Janganlah kau kira amal perbuatan yang kau
lakukan saat jatuh miskin. Bukalah lebar-lebar pintu hubunganmu dengan
Dia. Akuilah segala dosamu. Mohonlah ampun (maghfirah) kepadaNya atas
semua kekuranganmu. Yakinilah bahawa tidak ada kemudaratan, tidak ada
yang memberi faedah atau memberi anugerah, dan tidak ada yang mampu
menolak kenestapaan kecuali Dia. Pada saat-saat itulah buta hatimu
lenyap. Mata hatimu telah terbebas dari segala penderitaan. Saudaraku! sikap itu bukanlah terdapat pada pakaian atau makanan. Sikap itu bersemayam dalam lubuk hati sanubari yang zuhud. Orang yang benar akan mengenakan pakaian sufi dalam batinnya, baru kemudian mengenakannya pada lahirnya. Secara berturut-turut dikenakan pada dirinya, hatinya, jiwanya, dan kemudian anggota-anggota badannya.
Jika semuanya telah berselimut dengan pakaian itu, maka datanglah tangan kasih sayang dan anugerah yang menggantikannya dengan pakaian sukacita, siksaan berganti dengan kenikmatan, kemarahan berganti dengan kesenangan, kekhuatiran berganti dengan ketenteraman, jauh berganti dekat, dan fakir berganti dengan kaya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 7
“Saudara!
Jika bicara, bicaralah dengan niat yang baik. Jika diam, diamlah dengan
niat yang baik. Setiap orang yang tidak berniat dalam beramal, maka
tiada berguna baginya amal yang ia kerjakannya itu, amalnya sia-sia.
Baik engkau bicara atau diam, kau tetap berdosa sebab engkau tidak
membenarkan niatmu, diam dan bicara yang tidak mengikut sunnah.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 6
“Jika
kamu memberikan makanan mu kepada para muttaqin serta membantu dia
dalam urusan dunia, lalu kamu mendapatkan bahagian pahala dari amal yang
ia lakukan, tidak kurang sedikitpun kerana kamu telah menolong niatnya
dan telah menghilangkan kesulitannya. Pendek kata, kamu telah
mempercepatkan langkahnya ke hadapan Allah Azza Wajalla. Demikian pula
jika kamu memberikan makanan mu kepada orang munafik yang nyata dan
melakukan maksiat, serta kamu membantunya dalam urusan dunia, bererti
kamu akan mendapat siksa dari kejahatannya, tidak kurang sedikitpun
kerana kamu telah menolongnya dalam maksiat kepada Allah Azza Wajalla.
Tentu saja keburukannya akan kembali kepadamu.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 5
“Orang
mukmin yang berjiwa qanaah hanya perlu sedikit saja harta dunia. Ia
masuk ke ribaan Tuhannya dengan mengajukan permintaan, permohonan,
tawadhuk dan taubat kepadaNya. Bila diberi sesuatu yang ia inginkan, ia
bersyukur kepada Allah SWT atas pemberiannNya itu. Bila tidak, ia sabar
menerima apa-apa yang menjadi iradahNya, tanpa mengajukan protes dan
tanpa menentang. Ia tidak menuntut kekayaan dengan cara menjual
agamanya, menampilkan sikap riak dan nifaq, seperti yang kau lakukan hai
orang hipokrit.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat – 4
“Bila
qalbu seorang hamba telah sampai (wusyul) kepada Tuhannya, maka Dia
menjadikan hamba itu selalu memerlukanNya, mendekati diri kepadaNya,
memberikan kedudukan tinggi kepadaNya.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat ~ Ilmu bermanfaat apabila diamalkan
“Ilmu
pengetahuan itu tidak bermanfaat apabila tidak diamalkan. Dalam
kegelapan, kamu memerlukan sedikit sinar, iaitu hukum Allah yang harus
diamalkan hari demi hari, tahun demi tahun sehingga buahnya dapat kamu
nikmati.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat ~ Jangan takut selain Allah SWT
“Jadilah
engkau orang yang berakal, dan janganlah jadi pendusta. Kau mengatakan,
“Saya ini takut kepada Allah SWT, tetapi engkau justeru takut kepada
selain-Nya. Janganlah engkau takut kepada jin, manusia dan malaikat.
Janganlah takut kepada haiwan, baik yang dapat berbicara mahupun yang
bisu. Juga jangan takut kepada siksaan dunia mahupun akhirat, tetapi
takutlah kepada Zat yang menyiksa.” ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
Nasihat ~ Hindari sifat munafik
Cintailah
Dia, beramallah demi-Nya, bukan demi yang lain selain Dia. Takutlah
kepada-Nya, jangan kepada yang lain. Semuanya itu dengan hati, bukan
dengan cakapan mulut. Itu semua ada dalam khalwat (bathin), bukan dalam
jalwat (lahiriah). Jika tauhid di ambang pintu rumah, ternyata syirik
bersemayam di dalamnya, maka demikian itu adalah “nifaq” (hipokrit).
Hindarilah taqwa di mulut, liar di hati, syukur di lisan dan ingkar di
hati. Celaka jika ucapan mulut tidak sama dengan qalbumu ~ Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Petikan: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani
0 komentar: